Home / Kontribusi Warga / Pengalaman dr. Beny Bernard Kwa Jalani Isolasi Mandiri

Pengalaman dr. Beny Bernard Kwa Jalani Isolasi Mandiri

Isolasi mandiri (Isoman) Pasti isooo, Man!

Isolasi Mandiri (Isoman) pasti isooooo, Man!

Kejadiannya dimulai pada 16 Juni 2021, ketika salah seorang tenaga kesehatan Puskesmas melaporkan hasil swab antigen Covid-19 positif, kemudian dilakukan skrining kontak erat pada rekan kerjanya, ditemukan 1 tenaga kesehatan (nakes) dan anaknya juga positif. Sayapun ikut di swab dengan hasil negatif. Seluruh rekan kerjanya seruangan diminta untuk melakukan karantina mandiri selama 5 hari di rumah masing-masing  dan akan di swab lagi.

Ketika karantina mandiri berlangsung hari ketiga, salah seorang melaporkan mengalami demam dan pilek, dilakukan swab antigen dengan hasil positif.

Tanggal 18 Juni, saya mengalami batuk yang seperti biasanya, saya anggap asma kambuh (saya memang mengidap asma bronchiale), diobati dengan obat asma Inhaler.

20 Juni 2021, saya merasakan tenggorokan kering. Karena khawatir akan terjadi infeksi tenggorokan seperti yang sering terjadi, maka saya menelan ciprofloksasin 2 x 500 mg.

21 Juni sore, saya mulai bersin dan hingga malam hidung mulai tersumbat. Istri mengusulkan untuk dilakukan swab antigen, dan dengan santai saya mengiyakan karena yakin hasilnya akan negatif. Ternyata test yang dilakukan pukul 23.30 malam itu, memberi hasil positif. Kami berdua kaget, dan tidak bisa menginformasikan kepada anggota keluarga lain karena semuanya sudah tidur.

Keesokan paginya, kami menyampaikan hasil ke anggota keluarga dan terjadi kepanikan. Saya tinggal bersama dengan ibu yang berusia 80 tahun, sudah  divaksinasi Sinovac 2 kali. Ibu masih menggunakan masker medis di rumah tapi juga terkadang dilepas, kami kerap makan bersama. Tentunya timbul rasa khawatir.

Terjadilah pergeseran tempat tinggal. Ibu bergeser ke lantai bawah bersama anggota keluarga lain, istri bergeser di kamar lain dan babak ketersendirian di mulai.

Seluruh kontak erat di rumah melakukan pemeriksaan swab di puskesmas, hasilnya negatif , dan diulang 5 hari kemudian dengah hasil negatif juga.

Kamar tidur sendiri, kamar mandi sendiri, makan sendiri dan sebisa mungkin tidak keluar kamar. Untungnya masih bisa ditemani gadget sehingga bisa mengisi kesepian. Chatting WAG teman SMA yang selama ini tidak sempat saya baca, kini bisa dibaca satu persatu dan bisa merespon percakapan. Mulai ada telpon yang memberi support  dari teman dan sejawat, sangat terbantu dalam menenangkan hati mengingat angka kematian Covid-19 di Fakfak cukup tinggi.

Masih banyak kecanggungan ketika melakukan isolasi mandiri di rumah, kadang masih lupa dan keluar kamar tanpa masker. Lupa meyemprot benda yang pernah saya sentuh. Telepon dari keluarga, teman yang mensupport, menawarkan obat alternatif dan cerita yang membesarkan hati, tentu sangat membantu menenangkan hati. Juga ada yang telepon dan menanyakan kebenaran berita dan saya dengan terus terang menyampaikan bahwa saya terkena Covid-19.

Obat-obatan diperoleh dari puskesmas dengan lengkap, ada teman yang mengirimkan telur ayam kampung, buah kelapa muda segar dari Karas, juga respon teman-teman analis kesehatan, dokter di rumah sakit yang sangat membantu dan memberi dukungan, membuat rasa khawatir berkurang.

Perasaan dihndari dan dijauhi karena mengidap penyakit yang mudah ditularkan ke orang lain ini yang kadang mengganggu perasaan. Namun saya berpikir bahwa, jika saya menjadi mereka, saya pun akan melakukan hal yang sama. Jadi wajar saja. Nikmati saja kesendirian bersama gadget, menulis, dan menjawab panggilan yang masuk.

Pada 24 Juni saya melakukan test PCR di rumah sakit, dan besok paginya saya mendapatkan hasil bahwa hasil test PCR positif Covid-19 dengan CT 22, kemudian dilakukan foto thorax, dengan hasil kesan normal.

Berkurang rasa cemas, walaupun masih batuk dan sesak ringan dengan saturasi 96-97%. Makan di tempat tersendiri, alat makan sendiri, pakaian harus diberikan detergen sendiri sebelum dikirim ke mesin cuci. Malam-malam diisi dengan bernyanyi lewat aplikasi, sebuah hobby yang memang sering saya lakukan setiap malam menjelang tidur.

Tanggal 25 Juni, bangun dengan perasaan lebih baik, mengukur saturasi 96%. Setelah selesai sarapan dan minum obat, kemudian menghubungi teman kerja yang juga mengalami hal yang sama, menanyakan keadaan  mereka dan memberi semangat juga.

Hari ini, 2 rekan kerja melaporkan bahwa swab antigennya sudah negatif, namun mendapat kabar ada rekan kerja yang hari ini juga harus isolasi mandiri dengan gejala ringan.

Hari-hari berikutnya berjalan seperti biasa. Membaca berita di social media tentang berbagai pengobatan, kematian yang terjadi karena Covid-19 dan testimoni tentang Ivermectin cukup membuat hati ini gundah, apakah saya perlu juga menggunakan obat tesebut.

Namun dengan keyakinan bahwa hanya 5-10% akan bergejala sedang dan 1-2 % yang bergejala berat dan saya sudah mendapatkan vaksinasi Covid Sinovac 2 kali sebagai tenaga kesehatan serta mendapatkan obat sesuai protokol covid nasional, akhirnya saya memutuskan cukup dengan obat dari puskesmas saja, sambil berusaha berpikir positif.

Hari-hari saya lalui juga dengan menelpon teman yang mengalami hal yang sama, saling menguatkan dan memberi motivasi.

Akhirnya, pada 02 Juli saya melakukan swab antigen di puskesmas Fakfak, hasilnya negatif. Ini tentu sangat menggembirakan, sebab itu artinya saya boleh beraktivitas kemball.

Namun setelah itu muncul perasaan, apakah yang lain sudah mau menerima saya kembali, sudah tidak menjadi penular lagi? Dan saya yakin, dengan berjalannya waktu, hal tersebut akan sirna.

Satu hal yang baik di kota ini, perhatian dari puskesmas dan rekan yang memantau sangat baik, pengobatan bisa diperoleh tanpa proses yang berbelit-belit, obatnya pun sesuai dengan standar pengobatan, padahal saya mendapat info bahwa untuk penderita di kota lain tidak bisa mendapat obat sesuai sandar dengan berbagai alasan.

Hikmah yang bisa dibagi dari peristiwa ini ;
1. Jangan ragu untuk melakukan swab test Covid-19 untuk mengetahui keadaan kita.
2. Jangan ragu untuk menyampaikan kepada puskesmas dan pihak lain jika terkena Covid-19 supaya bisa ditindaklanjuti sesuai protokol.
3. Isolasi mandiri cukup sulit dilakukan jika kita masih serumah dengan orang lain, karena banyak “excuse” yang bisa membahayakan orang lain, sebaiknya dilakukan observasi kelayakan rumah yang akan digunakan untuk isolasi mandiri, dan dipersiapkan tempat isolasi yang layak huni yang bisa digunakan jika rumah tidak layak untuk isolasi mandiri.
4. Puskesmas sangat berperan dalam penanggulangan Covid-19 dan dperlukan keluwesan, pendekatan yang baik dengan penderita.
5. Persiapan logistik obat dan bahan pemeriksaan sangat penting dalam mengatasi masalah ini.
6. Lakukan vaksinasi Covid-19 sesegera mungkin. ***

 

About Admin

Santun Mencerdaskan

Check Also

Pihir Kassor, Raih Ahli Madya Akupunktur Poltekes Surakarta

  Reporter: Wahyu Hidayat INFOFAKFAK.COM_ Pihir Kassor, yang selama ini dikenal sebagai aktivis sosial dan ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *