Reporter : Jojie G M
INFOFAKFAK.COM_ Meski gerakan Teologi Pembebasan muncul pada 1960-an dan 1970-an sebagai tanggapan terhadap konteks sosial dan politik Amerika Latin pada saat itu, prinsip-prinsip dasarnya tetap relevan dalam situasi yang dihadapi oleh masyarakat saat ini.
Teologi Pembebasan menekankan pentingnya keadilan sosial, perlawanan terhadap ketidakadilan, dan solidaritas dengan mereka yang tertindas.
Di era modern, masih ada banyak tantangan dan ketidakadilan sosial yang perlu dihadapi, seperti kesenjangan ekonomi yang meningkat, diskriminasi rasial dan gender, penindasan politik, dan perubahan iklim, akses pendidikan yang terbatas.
Pendeta dan juga dosen di STT GPI Papua, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat, Dr. Ronald Helweldery, M.Si dalam pandangannya, menjelaskan, Prinsip teologia pembebasan adalah gereja memilih untuk hidup, berdiri dan berjuang bersama kaum miskin, kaum tertindas, kaum terpinggirkan. Ini dalam bahasa inggris disebut sebagai preferential option for the poor. Ungkapnya lewat pesan singkat Messenger Facebook, pada Sabtu, 08 Juli, 2023.
“Berjuang bersama kaum miskin adalah prinsip yang harus dihidupi oleh gereja. Berjuang melalui kerja-kerja pembebasan seperti di bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, hukum dan lain-lain. Mengembalikan hak hak hidup orang miskin sebagai manusia,” ujarnya.
Tidak hanya aspek rohani, tapi gereja harus memikul tanggung jawab sosial untuk umat dan masyarakat miskin.
“Jadi misalnya, yayasan pendidikan dan beasiswa bantuan pendidikan bagi kaum miskin adalah salah satu sarana pelayanan pembebasan di bidang pendidikan, begitu juga kesehatan dan ekonomi,” ungkapnya saat memberikan contoh.
Begitu relevannya teologi pembebasan pada gereja era modern, ia mengutip Injil Lukas 4 : 18 – 19 yang isinya menjelaskan tentang kabar baik dan pembebasan bagi setiap orang tertindas yang mengilhami semangat teladan kristus.
“Melalui pendidikan manusia dibebaskan dari ketidaktahuan, miskin pengetahuan dan ketidakmampuan masuk ke dalam dunia kerja mandiri dan lain-lain. Dengan pendidikan manusia beremansipasi dalam kehidupan dimana daya-daya hidupnya diperkuat,” tutupnya, sambil kembali mempertegas betapa relevannya teologi pembebasan di era gereja modern saat ini.
Teologi pembebasan berakar dalam keyakinan bahwa gereja harus berada di pihak orang miskin dan tertindas serta berperan dalam perjuangan untuk pembebasan mereka. Teolog-teolog pembebasan meyakini bahwa Allah memiliki preferensi khusus terhadap orang-orang miskin dan bahwa misi gereja harus mencakup keadilan sosial dan transformasi sosial.
Selama beberapa dekade terakhir, gerakan sosial dan keadilan telah menggunakan prinsip-prinsip Teologi Pembebasan sebagai landasan etis dan spiritual dalam memperjuangkan perubahan. Aktivis dan teolog dari berbagai latar belakang masih merujuk pada prinsip-prinsip ini dalam upaya mereka untuk mengatasi ketidakadilan dan membangun masyarakat yang inklusif.
Meskipun konteks dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat terus berkembang, nilai-nilai dan prinsip dasar Teologi Pembebasan dapat terus memberikan inspirasi dan bimbingan dalam memperjuangkan keadilan sosial dan pembebasan manusia di era modern. ***