INFOFAKFAK.COM, FAKFAK_ Rencana press conference atau jumpa pers Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan atau KKSS Kabupaten Fakfak yang sedianya berlangsung Kamis (1/11) kemarin, berujung deadlock alias menemui jalan buntu. Maka, wartawan bubar. Mungkin, inilah jumpa pers kali pertama yang gagal di Kabupaten Fakfak.
Awalnya, wartawan mendapat informasi bahwa, Ketua Badan Pengurus Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Kabupaten Fakfak, H. Baharudin Nonci, S.E. akan menggelar jumpa pers, terkait polemik seputar munculnya surat, yang dsebut akan menyomasi seorang wartawan.
Belakangan, surat yang ditandatangani oleh H. Baharudin Nonci, S.E. selaku Ketua KKSS dan Muhammad Hattab, S.Sos. selaku sekretaris ini, diakui bukan dikeluarkan oleh KKSS secara resmi. Dan, tandatangan Ketua KKSS merupakan tandatangan yang dicopy-paste dari surat lain.
Meski perihal surat tersebut diklarifikasi oleh Muhammad Hattab melalui H. Baharudin Nonci, S.E., bahwa itu merupakan rencana surat yang akan dibuat, nyatanya, surat tersebut diposting Muhammad Hattab ke media sosial, yakni di salah satu grup whatsapp.
Muhammad Hattab yang datang belakangan dalam jumpa pers tersebut, keberatan atas isi pernyataan yang akan dibaca dalam jumpa pers tersebut, karena dinilai menyudutkan dan menekan pihaknya.
Sedangkan Rustam Rettob, wartawan mataradar.com yang membuat surat pernyataan tersebut, berdalih bahwa isi surat penyataan tersebut telah sesuai berdasarkan persetujuan Ketua KKSS.
“Saya keberatan dengan isi pernyataan ini,” sergah Hattab. “Selain itu, soal berita yang sudah muncul, berita itu juga tidak sesuai dengan kode etik jurnalistik,” tambah Hattab, yang mengaku pernah menjadi wartawan di Australian Foundation ini.
“Surat itu saya ketik atas kesepatan dengan Ketua KKSS. Silakan tanya Ketua KKSS,” balas Rustam.
Menurut Rustam, jumpa pers tersebut khusus jumpa pers terkait masalah surat somasi yang muncul di whatsapp, bukan membahas berita yang telah beredar dan bukan untuk membahas masalah laporan polisi Rustam atas Hattab, yang dinilai menghina profesi wartawan dengan kalimat “wartawan abal-abal”.
Akhirnya, ketiga wartawan yang hadir di kediaman H. Baharudin Nonci, S.E., di Jl. Imam Bonjol Fakfak, memilih bubar karena masalah sudah melebar dan cenderung memanas. (wah)